Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Bagi setiap karyawan, paling tidak enak kalau diawasi terus selama melakukan pekerjaan. Rasanya seperti tidak dipercaya saja. Kita semua memang ingin mendapatkan kepercayaan penuh bahwa kita bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Makanya, sebel banget jika punya boss yang maunya mengawasi terus. Sebenarnya, bagi atasan pun enak sekali kalau punya anak buah yang bisa berkerja dengan baik tanpa mesti diawasi terus. Toh mengawasi para karyawan juga sangat menyita waktu dan perhatian. Jadi, ada dua kebutuhan yang bisa saling dipertemukan, yaitu; karyawan ingin bekerja tanpa diawasi terus, sedangkan boss ingin tidak terlalu banyak buang waktu dan tenaga hanya untuk mengawasi karyawannya. Beres dong, kalau begitu. Teorinya. Tapi kenyataannya, tidak semudah itu. Maaf, jika tidak diawasi; apakah Anda bisa bekerja efektif 100%?
Soal penyalahgunaan kepercayaan ini tidak hanya terjadi dikalangan staff atau karyawan biasa-biasa saja. Di level-level tinggi pun bisa terjadi. Contoh sederhana misalnya; seseorang dilevel senior management berada ruang kerja sambil menutup pintu kamar kerjanya. Apa yang sedang dilakukannya dengan laptopnya di jam kerja?. Tidak ada yang tahu. Setidaknya itulah yang beliau kira. Beliau tidak menyadari jika bossnya ingin mencari tahu apa sih kesibukannya sehari-hari. Entah bagaimana caranya, sang boss mengetahui bahwa sang manager itu ternyata kecanduan situs-situs khusus. Apa salahnya? Tidak ada salahnya jika dilakukan dijam-jam pribadi. Tapi jika dilakukan dijam kerja; beliau kan dibayar untuk bekerja, bukan untuk menonton tayangan tak relevan. Apa yang terjadi kemudian? Habis karirnya. Inilah salah satu contoh betapa pentingnya menjaga kepercayaan. Sekali mencedrainya, kita akan kehilangan kepercayaan itu untuk selamanya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjaga kepercayaan, saya ajak memulainya dengan memahami berikut ini:
Setia kepada profesi.
Setia kepada perusahaan itu bagus. Tapi, Anda bisa kecewa jika suatu saat nanti perusahaan tidak memberikan apa yang Anda inginkan. Akhirnya Anda pun kerja malas-malasan. Coba kita ubah kesetiaan kita kepada profesi kita sendiri; maka kinerja kita tidak akan pernah terpengaruh oleh situasi apapun yang kurang menyenangkan kita. Ketika memiliki kesetiaan kepada profesi, kita tidak tertarik untuk membuat profesi itu menjadi buruk. Sebaliknya kita akan berusaha melakukan tindakan-tindakan yang baik. “Sori, kita setia pada uang; bukan pada profesi,” ada juga yang berpikir begitu. Silakan saja. Tapi jika kesetiaan kita kepada profesi itu dipupuk dan dilakoni dengan baik, maka kita akan bisa membangun karir yang lebih baik. Sedangkan uang, merupakan kosekuensi logis seiring kenaikan jenjang karir yang berhasil kita raih. Makanya, setialah kepada profesi; sehingga kita tetap bergairah untuk melakukan yang terbaik. Meskipun tidak selalu diawasi.Sekali untuk selamanya.
Tidak ada yang meragukan pentingnya nama baik. Sekali tercoreng, sulit untuk dipulihkan. Salah satu kejadian menarik adalah ketika ada seorang eksekutif yang dikenal sangat jujur serta penuh dedikasi. Semua orang tahu persis soal kualitas dirinya yang sangat tinggi. Namun, suatu ketika eksekutif itu ‘tergelincir’. Hanya sekali itu. Tidak pernah terjadi sebelumnya. Tapi, karena kejadian yang hanya sekali itu, beliau kehilangan segalanya. Tidak ada gunanya penjelasan ataupun pembelaan yang menyatakan bahwa kejadian itu baru sekali itu. Tidak pula ada artinya janji untuk tidak mengulangi. Pokoknya, sejak kejadian itu orang tidak lagi menaruh respek yang sama seperti sebelumnya. Jika selalu ingat atas pentingnya menjaga nama baik, kita tidak akan tertarik untuk melakukan tindakan yang bisa merusaknya. Sekalipun ada kesempatan. Meskipun tidak bakal ketahuan. Kita akan tetap menjaganya tanpa perlu diawasi orang lain.Menjaga integritas pribadi
. Di kantor, kadang tidak ada bedanya perlakuan terhadap karyawan yang baik dan yang buruk. Contoh sederhananya, jika Anda datang tepat waktu ke kantor mungkin Anda tidak mendapatkan penghargaan apapun. Sedangkan teman-teman Anda yang biasa terlambat juga tidak mendapatkan teguran apapun. Padahal, aturannya sudah jelas; tidak boleh terlambat masuk kerja. Makanya, banyak orang merasa tidak ada gunanya berdisiplin tinggi, atau bekerja dengan baik. Soalnya, hasilnya sama saja. Baik atau buruk tidak ada pengaruhnya. Lalu banyak yang cenderung ikut menjadi buruk. Ini kejadian di suatu organisasi. Suatu ketika, datang boss baru. Saat memeriksa kondisi kantornya, beliau memutuskan untuk melakukan ‘pembersihan’. Kedatangannya menjadi berkah bagi orang-orang yang menjaga integritas pribadinya. Yaitu orang yang tetap konsisten dengan perilaku baiknya, meskipun atasannya tidak selalu memonitor tindak tanduknya.Memberi hadiah kepada diri sendiri.
Ada indikasi kuat jika di banyak kantor terdapat lebih banyak punishment, daripada reward. Misalnya, jika karyawan melakukan tindakan yang baik itu dianggap biasa saja. Tapi jika melakukan kesalahan, langsung ditegur bahkan dihukum. Makanya kadang ada juga orang yang bilang begini;”Kalau gue kerja bagus, nggak ada tuch yang muji. Eh, sekalinya gue melakukan kesalahan langsung didamprat habis-habisan….” Tidak usah heran, karena mungkin masih banyak perusahaan yang begitu. Anda lari kemana pun juga mungkin masih seperti itu. Jadi solusinya bukan pindah. Melainkan belajar untuk memberi hadiah kepada diri sendiri, atas setiap kebaikan yang Anda lakukan. Sekedar tepukan di bahu sendiri. Anda juga boleh pergi ke toilet, lalu didepan cermin Anda katakan; “Welldone buddy. Hari ini kamu bekerja baik sekali!” Maka jiwa Anda akan dipenuhi dengan aura kebaikan sekalipun tidak ada orang yang peduli atas kebaikan-kebaikan yang Anda lakukan dikantor pada hari itu.Mencari bukan sekedar uang.
Kalau tidak digaji, masak sih Anda mau bekerja di kantor itu. Sah. Memang begitulah seharusnya. Namun, coba renungkan kembali; apakah pendapatan Anda sebanding dengan pengorbanan dan resiko yang Anda hadapi dalam pekerjaan? Kemungkinan besar Anda merasa berhak mendapatkan lebih, kan? Makanya, gampang sekali untuk tergoda mencari yang ‘lebihnya’ itu. Beda sekali kalau yang kita cari itu bukan sekedar uang. Misalnya persahabatan. Maka Anda akan terus membangun persahabatan dengan kolega yang saling menghargai dan perhatian. Apa lagi jika Anda ingat bahwa bekerja adalah bagian dari perintah Tuhan. Bekerja itu termasuk ibadah. Maka, tidak mungkin kita melakukan tindakan buruk selama menjalankan pekerjaan itu. Karena dalam beribadah, kita tidak melakukan keburukan.Ada cukup banyak contoh orang yang hanya bisa bekerja dan bertindak dengan baik di tempat kerja jika dan hanya jika diawasi saja. Tapi banyak juga kok contoh orang yang tetap konsisten menjaga kepercayaan itu. Memang, atasan kita punya keterbatasan dalam mengawasi. Tapi kalau selalu ingat bahwa tidak ada tindakan tanpa konsekuensi, maka kita pun senantiasa sadar jika setiap perbuatan akan diperhitungkan. Mungkin bukan oleh perusahaan. Tapi pasti, oleh Dia yang menginginkan kita untuk menjadi pribadi yang amanah. Yaitu pribadi yang bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan. Dengan begitu, kita bisa bekerja sebaik mungkin. Bukan dengan takaran jumlah uang yang kita dapatkan. Melainkan dengan ukuran daya diri dan kemampuan yang sudah Tuhan anugerahkan. Maka Insya Allah, kita akan senantiasa bekerja dengan sebaik-baiknya, dan dapat memotivasi diri sendiri. Sehingga kepercayaan yang kita dapatkan ini, benar-benar bisa dijaga. Dan ditunaikan.
motivator: Dadang Kadarusman