Materi yang berada di tingkat manusia adalah yang paling kotor, dan tidak akan dapat dibawa ke surga. Manusia selalu mengejar kebahagiaan, tetapi tidak ada seorang manusia pun yang bisa terbebas dari lahir, tua, sakit, mati ataupun menghindari kesengsaraan.
Hanya dengan berkultivasi untuk melepaskan semua beban keterikatan dalam dunia, barulah bisa mencapai kebahagian di seberang sana.
Jika seseorang memiliki terlalu banyak benda-benda yang tidak dapat dia lepaskan, maka semua benda yang tidak dapat dilepaskan itu akan menjadi beban yang menempel pada tubuhnya. Beban semakin berat maka langkahnya akan semakin lamban.
Tetapi manusia sendiri tidak akan merasakan beban yang dipikulnya. Sebaliknya, beban-beban ini merupakan benda yang dianggap sangat penting bagi manusia. Benda itu adalah beban yang tidak dapat ditinggalkan dan dilepaskannya, bahkan kehilangan sedikit saja akan merasa sangat berat.
Buntalan beban yang dipikul setiap orang belum tentu sama. Ada orang yang dapat melangkah dengan cepat, ada pula orang yang melangkah dengan lamban. Apabila beban yang dipikulnya terlalu berat, maka tentu langkahnya tidak bisa cepat.
Sebenarnya apa isi dari buntalan beban itu? Ada yang disebut harta, ada yang disebut nama, ada yang disebut berbagai jenis budi manusia, ada yang disebut harga diri, ada yang disebut selera, ada yang disebut nafsu, ada pula yang disebut “konsep” yang terbentuk pada manusia. Pokoknya semua ini adalah tujuh perasaan dan enam nafsu manusia. Kesemuanya ini merupakan untaian rantai-rantai yang membelenggu manusia.
Manusia menikmati hidup dengan cara manusia, senang memisahkan diri dengan orang lain, senang jika diri sendiri mendapatkan lebih banyak dari orang lain, ingin diri sendiri lebih baik daripada orang lain, senang mendengarkan kata-kata yang enak didengar, senang dengan kenyamanan. Inilah manusia, menjadi manusia biasa memang demikian.
Kebaikan yang dilakukan antar manusia adalah demi mendapatkan, kejahatan yang dilakukan antar manusia juga demi tidak kehilangan. Manusia selalu mengharapkan lebih baik orang lain yang terluka daripada diri sendiri; Manusia lebih baik mati daripada harus melepaskan beban yang berada di atas tubuhnya.
Tetapi beban-beban tersebut sebenarnya bukan milik “manusia”. Tak peduli manusia menganggap dirinya bagaimana, fungsi satu-satunya dari beban-beban ini adalah membelenggu manusia, bahkan akan menekan manusia hingga runtuh. Tetapi ketika manusia akan meninggal dunia, tidak ada satu pun dari benda-benda yang “paling tak dapat dilepaskan” ini yang akan menyertainya pergi, tetapi hutang dan waktu yang tersia-siakan demi untuk mendapatkan beban-beban ini akan selalu menyertai manusia.
Akhirnya, apa yang didapatkan oleh manusia? Ada orang yang memiliki beban sangat berat, menekan manusia hingga membuat manusia tak dapat bernapas. Walaupun manusia ingin melepaskan beban-beban itu juga sudah tidak ada tenaga untuk mengerakkan tubuhnya; Ada beban yang dipikul orang tampak seperti terbungkus kain yang berlapis-lapis, melepaskan kain yang satu dan masih terbelenggu kain yang lain.
Ada pula orang yang sudah merasa lelah, memanggul beban dengan sikap apatis, meratapi diri dengan menghela napas, namun masih juga tidak rela menghabiskan tenaga dan energi untuk melepaskan tali yang melilit di tubuhnya.
Beban Dalam Kehidupan
by Unknown , at 01.46 , has 0
komentar
About
Beban Dalam Kehidupan - written by Unknown , published at 01.46, categorized as Motivasi Diri
. And has 0
komentar
0
komentar Add a comment
Bck